Dibalik Hiruk Pikuk Pasar Muara Tebo, Sekelompok Orang Tua Belajar Pendidikan Agama
Muara Tebo – Panti Jompo yang tampak disela – sela ramainya Pasar Muara Tebo ini, merupakan Karya nyata Almarhum KH.Zahrudin Usman dalam mengembangkan pendidikan Agama dikabupaten Tebo. Guru Besar kelahiran 1901 disungai Jawi – jawi Tanjung Balai Asahan Sumatera Utara, yang semasa kecilnya beliau menghabiskan waktu hanya untuk belajar dan menuntut Ilmu Agama.
Panti Jompo yang saat ini memilki 60 Santri Usia Lanjut bersal dari berbagai Desa ditebo, pada mulanya berawal di Mangun Jayo, namun Pada Tahun 1954 berkembang hingga kepasar Muara Tebo (red.Saat Ini), dan dipanti ini masih hidup santri yang belajar sejak 1954, biasa dipanggil Nyai Sa’ad dari Dusun Tuo Sumay.
Nyai Sa’ad, saat dijumpai Radar Tebo, menceritakan sedikitnya tentang mengapa dia berada dipanti ini,”Nak, sayo ko dulu mulonyo belajar dimangun jayo, tapi tuan guru akhirnyo ngajak sayo pindah ke pondok ko, dengan alasan supayo orangtua disiko mau ngaji kalo ado nyai disiko nak,”ujar wanita yang telah berumur 111 Tahun ini.
Panti Jompo ini, merupakan salah satu dari Lembaga Pendidikan yang berada dibawah Yayasan Pondok Pesantren Nurul Jalal, pengasuhnya adalah Hadjah Siti Khodijah .
Menurut Aslami, Salah satu Pengelola Yayasan ini, mengatakan bahwa dipanti jompo ini, diajarkan ilmu tauhid, fiqh, Ibadah, dan mengaji Al – qur’an, guna mendekatkan diri kepada Allah.”Setelah wafatnya Almarhum Tuan Guru KH.Zahrudin Usman, pada tahun 1984 yayasan ini dipimpin Tuan Guru KH.M.Mansur Hingga tahun 2002, dan setelah itu dilanjutkan Oleh H.Fauzi Mansur hingga saat ini.”jelasnya.
Sejak berdirinya Yayasan ini, banyak sekali jasa – jasa masyarakat dan pemerintah dalam perkembangan tempat menimba ilmu agama ini, terlebih akhir – akhir ini kita dibantu oleh A.Mutholib pada masa Bungo Tebo dulu, dan Madjid Muaz Bupati tebo saat ini, baik itu berupa sembako maupun saran berupa Sarana Bangunan Kamar mandi, Tempat Wudhu, dan Musholla.”Setiap tahunnya kita tetap dibantu pemerintah, dan zakat masyarakat berupa sembako,”jelas Aslami.
Namun, sayangnya kita belum mampu menambah jumlah pondok sebagai tempat tinggal santri usia lanjut dipanti ini, jika kita lihat presentase setiap tahunnya peminat orangtua yang ingin belajar disini tetap normal, namun hingga hari ini, kendalanya ialah tempat, rata – rata yang tinggal dipanti jompo ini pondoknya dibuat oleh anak cucu mereka.
“Kami sangat berharap, sebagai sarana kita memberikan pendidikan ilmu agama bagi orangtua kita yang masih haus akan ilmu agama, hendaknya bersama – sama kita ajak mengaji dipanti ini, dan untuk kemajuan dalam bentuk sarana prasarana dipanti ini, itupun sebenarnya tidak luput dari tanggungjawab kita bersama,”Tandas Aslami.(Ade/Terkait Radar Tebo)