Muara Tebo – Larangan aksi coret-coretan dan konvoi sepeda motor seakan menjadi ”Ritual” setelah kelulusan ternyata diabaikan para siswa. Setelah masing-masing sekolah selesai melaksanakan ujian Nasional, 28 April 2011 (kemarin.red), siswa yang telah selesai ujian mengekspresikan kegembiraanya dengan melakukan aksi coret-coretan.Bahkan, aksi itu dilakukan di jalan umum dengan kendaraan sepeda Motor.
Dari pantauan Radar Tebo, aksi coret-coretan ini dilakukan bukan saja oleh pelajar laki laki, tetapi juga banyak dari kaum perempuan, dan Objek yang menjadi pusat nongkrongnya pelajar SMP ini ialah Taman Tanggo Rajo, sedangkan aksi Konvoian dilakukan dengan rute yang dimulai dari Tanggo rajo, menuju Simpang Tugu hingga sampai ke Km.03 Jalan Rumah Sakit Umum Sultan Thaha Syaifuddin dan kembali lagi ketaman Tanggo Rajo.
Melihat Ritual Siswa ini, bagaimanakah komentar dinas terkait dan pihak sekolah? Setelah dihubungi melalui phone seluler, Dumyati,S.Pd, Kabid Dikdas Dikbudpora dikonfirmasi mengenai hal tersebut mengatakan, sangat menyayangkan adanya aksi coret -coretan tersebut, karena pihaknya telah mengimbau siswa setelah selesai ujian, agar tidak melakukan aksi coret-coretan.
“Sejak sosialisasi UN sudah terus kami sampaikan, agar coret-coretan dilarang dan selalu membuat pengumuman,” katanya.
Saat ditanyai, seorang siswa yang enggan namanya dipublikasikan menuturukan, aksi ini adalah sebuah kegembiraan bagi kami dan masalah kelulusan kami sangat optimis lulus. “Mudah-mudahan Tuhan berencana yang baik dan kalau pun tidak lulus kami sudah siap untuk menerimanya,” ujar mereka.
Sementara itu, Kepala MTsN Tebing Tinggi,Abdurrahman, mengatakan bahwa budaya corat-coret seragam bukan ekpresi yang bernilaikan seni tapi gaya centris modern yang ditandai suka cita atas berakhirnya UN. Hal ini justru cenderung dapat menjadi magnet terjadinya tawuran antar pelajar atau gank sekolah. Karena dengan kondisi baju yang penuh dengan kotoran warna spidol atau pilox itu bukan ciri seorang pelajar. "Belum tentu dengan corat-coret seragam mereka lulus. Karena kelulusan hanya dapat dinilai oleh kemampuan pelajar saat menyelesaikan soal-soal UN dengan baik dan benar," ujarnya prihatin dengan kondisi pelajar saat ini.
Demikian juga dikatakan Sekretaris NU Tebo,M.Rafiq, bahwa budaya corat-coret seragam sebaiknya dimusnahkan dan jangan sampai menular kepada Siswa Sekolah Dasar. Dalam hal ini sekolah hendaknya jangan hanya melarang saja, tetapi secara keseluruhan juga mengintruksikan kepada semua Siswa untuk tidak mengenakan Seragam Putih, tetapi memakai pakaian busana Muslim, atau seragam Batik pada UN hari terakhir.ditambahkannya”Sangatlah tidak etis budaya corat-coret saat ini masih terjadi dilingkungan pelajar. Pelajar haruslah identik dengan dunia ilmiah bukan hura-hura atau mengekspresikan sesuatu dalam bentuk yang tidak etis dan elegan, hal ini juga merupakan sifat Mubazir, "tandasnya.
Dalam Hal ini, M.Toha, salah satu Tokoh Masyarakat dikabupaten tebo, saat dijumpai harian Radar Tebo disela – sela kesibukkannya, menyampaikan keluhannya terhadap Aksi Konvoi dan Coret coretan ini, dijelaskannya bahwa budaya seperti ini hendaknya tidak terjadi, dan tentunya dengan cara bekerja sama, baik dari pihak Sekolah maupun Aparat yang berwenang, artinya tidak hanya menjadi tanggungjawab pihak sekolah saja, apalagi hal ini dilakukan diluar sekolah.dikatakannya,”Orangtuapun harus ikut andil, jangan berikan kesempatan sedemikian kepada Anak,”tegasnya.
Aksi coret-coretan dan pawai kendaraan bermotor Praujian nasional (UN) ini, tidak dilakukan oleh semua siswa, tapi tetap saja meskipun hanya segenap siswa yang melakukan tindakan yang tidak etis ini, maka semua pihak pendidikan terkait merasa tercoreng dan malu, seolah olah tidak sanggup mengatasi maraknya budaya ini, padahal sebagian sekolahpun sudah ada yang berupaya seoptimal mungkin bekerjasama dengan orangtua siswa.
Salah satunya, SMP 24 Muara Tebo, menyuruh Siswanya memakai Seragam Pramuka, seperti yang juga dilakukan Oleh MTsN Tebing Tinggi, dan bebrapa sekolahpun tidak ketinggalan ikut andil mengantisipasi hal ini, uniknya MTs Al Ihsan Tugu Rejo dan Babussalam lebih memilih Siswanya untuk menggunakan Seragam Batik maupun Busana Muslim Hitam Putih, dikatakan Artoyo,Kepala SMP 24,”Kami sejak jauh hari sudah menegaskan kepada siswa Untuk mengenakan Seragam Pramuka Pada UN Terakhir, dan bagi siswa yang mengabaiakan kami akan berikan Sanksi,”jelasnya.
Harapan dari beberapa pihak sekolah, dan Tokoh masyarakat, hendaknya kedepan hal ini dapat diantisipasi, terutama kami sangat mengharapkan pada pengumuman kelulusan UN maupun UN tahun mendatang, pihak Pol PP dan Aparat kepolisian juga ikut andil Operasi Cegah aksi Coret coretan dan Konvoian dijalan Raya ini.(Ade/Terkait Radar Tebo)