Entri Populer

6.7.11

MENAPAKI JEJAK MASA LALU

Menyingkap Tirai Sejarah Desa Tuo Sumay di Kecamatan Sumay

MASJID JAOHARUDDIN TERTUA DI TUO SUMAY



Meskipun telah berumur 59 tahun, Masjid Jaoharuddin Dusun Tuo Sumay yang menyimpan misteri ‘Ringgo-ringgo mengamuk’ masih berdiri kokoh, dan senantiasa digunakan masyarakat setempat untuk menjalankan aktivitas ibadah sehari-hari, namun tetap saja kondisi masjid yang sudah tua tersebut membuat sebagian warga merasa khawatir akan ketahanan bangunan fisiknya. Kapankah berdirinyamasjid tersebut? Dan bagaimanakah kisah misteri masjid tersebut? Berikut penelusuran Radar Tebo....
  
Diantara Simpang tiga jalan Dusun Tuo Sumay tampak  berdiri sebuah masjid  tertua yang pertama kali dibangun di Desa Tuo Sumay Kecamatan Sumay dengan kondisi yang terlihat tak tersentuh perawatan sebagaimana  layaknya masjid lain.

Selintas diperhatikan masjid tersebut memang tidak berbeda dengan bangunan musholla sebagaimana didesa-desa lain. Namun setelah ditelusuri, ternyata masjid tua ini menyimpan sejarah dan misteri yang bernilai bagi warga setempat.

Dikatakan orangtua desa setempat, Muhammad Yatin pria berumur 68 tahun,  masjid tersebut dibangun oleh seoarng tuan guru bernama KH.Jaharuddin bersama masyarakat  pada tahun 1952 dengan tujuan sebagai pusat belajar membaca Al-Qur’an dan Ibadah warga Tuo Sumay.
“Konon masjidko dibangun dengan tujuan sebagai pusat peribadatan dan tempat belajar anak-anak maupun pemudo dan orangtuo dalam mengaji qur’an,”tegasnya.

Hingga kini masjid tersebut diberi nama Jaoharuddin, yaitu sebagai tanda mengenang jasa Kyai Tuan Guru Zaharuddin yang telah berperan dalam pembangunan masjid ini pada masa Depati Yusuf. Dan pembangunannya yaitu dengan menggunakan biaya yang terkumpul dari swadaya masyarakat.

“Dulu masyarakat belumbo-lumbo menyumbang untuk tempat ibadah, kareno dinilai merupokan suatu gawe yang sangat baik, dan alhamdulillah dari sumbangan tu dibangunlah masjid ko,”ujarnya.
Tuan guru Zaharuddin sendiri datang kedesa ini yaitu pada tahun 1950an setelah menjalankan syariat islam dalam berdakwah dan mengajarkan ilmu agama kepada masyarakat awam di Sungai Bengkal pada tahun 1940an.

“Tuan Guru datang kedusun kamiko yaitu pado maso kepemimpinan Depati Muhammad Satin,”terangnya.

Hingga sekarang masjid tersebut masih digunakan warga sebagaimana layaknya masjid, namun diakui warga bahwa sebelum tahun 2004 semenjak berdirinya masjid tersebut warga setempat kerap dikagetkan oleh Ringgo-ringgo yang sering mengamuk.

“Mengamuk disiko maksudnyo, kalo ringgo-ringgo ngamuk begerak atau melenting sehinggo ngeluari suaro ribut, dalam duo atau tigo hari kedepan ado orang nan bakal meninggal, “ujarnya.

Peristiwa ini kerap ditemui warga, apabila ringgo-ringgo sudah berbunyi atau mengamuk, maka paling lambat dalam tiga hari pasti ada orang yang meninggal, dan secara tidak langsung disini sebagian warga mengatakan bahwa hal tersebut ialah pengabar kabar kemalangan.

Namun, sebagaian warga lainnya berpikir lain, seolah-olah keberadaan ringgo-ringgo tersebut dianggap menakutkan warga, karena setiap mengamuk pasti ada orang meninggal.

“dek kekhawatiran warga, pado tahun 2004 lalu, ringgo-ringgo tadi dibuanglah kesungai batang sumayko,”ungkapnya.

Ringgo-ringgo yang terbuat dari bahan kayu tua tersebut dihanyutkan dibatang sumay, dan saat ini diganti dengan ringgo-ringgo besi, dan sejak 2004 hingga kini peristiwa tersebut tidak lagi terulang.wargapun merasa tenang.

Sementara itu, dismping hilangnya kekhawatiran warga dengan keberadaan Ringgo – ringgo tersebut, kini tampak warga meresahkan masjid tua ini dengan kondisinya yang semakin lekang oleh waktu, meskipun bangunan terlihat kokoh, tetapi bagia atap masjid tampak sudah lapuk, bahkan khusunya dibagian tempat berwudhu telah ambruk kebawah.

“Kami beharap ke pemerintah kito, atau siapopun nan mampu untuk ikut serta memperhatikan kondisi kelayakan masjidko, kalo kami Cuma mampu merehab sealakadarnyo be, soalnyo masjid ko sangat bersejarah, dan jasonyo sudah dirasokan masyarakat sejak  59 taun,”pungkasnya.

Pengikut